PENGEMBANGAN KEDELAI DENGAN BIOTEKNOLOGI
PADA TANAH MASAM DI DAERAH TRANSMIGRASI
Oleh: Ali Zum Mashar
A. Kesesuaian Lahan Transsmigrasi Untuk Mendukung Produksi Kedelai
Peningkatan jumlah penduduk yang pesat (laju pertumbuhan berkisar 1,6% -1,7%) setiap tahunnya jika tidak diikuti dengan peningkatan produksi pangannya akan menimbulkan rawan pangan nasional akibat kesenjangan yang terus melebar antara kebutuhan dan ketersediaan pangan. Semakin menyempitnya lahan subur beririgasi di pulau Jawa karena beralih fungsi pemukiman dan industri sebesar 100.000 ha per tahun, kesuburan lahan produktif yang semakin menurun akibat salah kelola menjadi ancaman serius bagi kekurangan bahan pangan penduduk di Indonesia; apalagi 60 % produksi pangan masih bergantung dari Pulau Jawa dan impor.
Kedelai sebagai pangan strategis impornya semakin meningkat hingga lebih dari 70 % karena kebutuhannya terus meningkat tetapi ketersediaan produksi di dalam negeri semakin menurun akibat penurunan lahan kedelai yang pada umumnya di pulau Jawa yang saat ini banyak terkonversi ke peruntukan non pertanian dan produksi non kedelai. Oleh karena itu diperlukan solusi, dan pengembangan kedelai di daerah Transmigrasi merupakan pilihan yang tepat untuk tujuan di atas. Pengembangan kedelai di daerah transmigrasi menjadi harapan yang besar bagi pembangunan ketahanan pangan nasional sekaligus sebagai penyedia lapangan kerja untuk menekan angka pengangguran dan kemiskinan melalui percepatan pembangunan pertanian modern berteknologi yang mensejahterakan masyarakat di sekitar kawasan transmigrasi.
Melakukan peningkatan produksi kedelai di luar Pulau Jawa bukanlah hal yang sederhana karena keterbatasan infrastruktur pendukung dan teknologi khusus yang cocok untuk diterapkan. Selain itu lahan transmigrasi di luar Jawa pada umumnya di dominasi oleh tanah masam yaitu tanahnya bereaksi asam dengan pH 4,0 – 5,5. Pada lahan bukaan baru yang asalnya dari tanah rawa, pasang surut dan gambut banyak dijumpai tanah sangat asam yang ber pH 3,0 yang mengandung asam sulfat berlebih. Sifat asam tanah ini diakibatkan oleh sifat dasar unsur mineral tanah yaitu unsur Al (Alumunium), Fe (Besi) dan Cu (Tembaga) dalam kadar yang berlebih dan juga asam organic berlebih hasil dekomposisi an aerobic bacteria. Proses dekomposisi bahan organic pada tanah berbahan organik tinggi seperti pada tanah gambut yang dalam proses dekomposisinya akan mengusir dan mengeluarkan unsur (Kalsium) CaO dari dalam tanah sehingga memacu kemasaman tanah. Tanah jenis ini banyak dijumpai di daerah transmigrasi di Kalimantan dan sumatera. Sedangkan jenis tanah masam yang lain seperti di Sulawesi dan Papua, tanah masam dijumpai di daerah sekitar tambang yang kaya mineral nikel, besi dan tembaga tanah tanah mineral jenis PMK (Posolik Merah Kuning).
Tanah masam menyebabkan penurunan produktivitas lahan dan hasil tanaman karena:
1. Menjadi anasir penghambat ketersediaan unsur hara bagi tanaman yang berimbang,
2. Meningkatkan dampak unsur beracun dalam tanah,
3. Mempengaruhi fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan tanaman seperti MENGHAMBAT fiksasi nitrogen oleh BAKTERI Rhizobium
4. Menurunkan hasil tanaman sehingga optimal- maksimal tanaman tidak tercapai,
Akbat tanah masam berdampak langsung pada produktivitas tanaman produksi kedelai di daerah transmigrasi masih rendah, 0,6 – 0,8 ton/ha.
Kementerian Transmigrasi memiliki pengalaman dan keahlian dalam membuka lahan baru dan menempatkan/menyediakan tenaga kerja yang nantinya mempelopori pertanian pangan di luar jawa, telah terbukti menjadi lumbung pangan di luar Jawa. Apalagi jika pengelolaan lahan transmigrasi dioptimalisasi dengan menerapkan teknologi yang tepat maka lahan lebak dan pasang surut dan tanah masam diluar jawa melalui transmigrasi dapat manfaatkan secara produktif sehingga dapat menjadi terobosan untuk memacu produksi pangan seperti kedelai.
Disadari bahwa dengan pengelolaan secara konvensional oleh transmigran produktivitas di lahan transmigrasi masih rendah. Berbagai upaaya yang telah dilakukan melalui berbagai paket usaha tani termasuk mencari dan memanfaatkan varietas yang berpotensi hasil tinggi, ketahanan terhadaap hama/penyakit tertentu, toleransi terhadap cekaman kekeringan dan sifat-sifat tertentu lainnya dan cara pemupukan serta pemberian amelioran kapur agar produksi dapat ditingkatkan. Namun setelah diterapkan di daerah transmigrasi terjadi kesenjangan produktivitas yang masih di bawah produksi rata-rata nasional. Rendahnya produktivitas di daerah transmigrasi disadari akibat dari banyaknya anasir di dalam tanah,seperti pH yang rendah, tanah beracun, bahan organik yang tidak seimbang maupun lingkungan mikro ekosistem yang kurang ideal bagi tanaman yang bersangkutan. Tentunya untuk mendapatkan hasil maksimal, tanaman memerlukan persyaratan-persyaratan khusus yang “Presisi” dalam budidaya seperti perlunya kesuburan lahan, pemupukan, mengamankan dari OPT dan/atau perlakuan lainnya.
Pemanfaatan jasa bioteknologi mikrobial menjadi alternatif solusi yang ideal dalam membangun kesuburan lahan baru yang paling murah dan cepat. Meskipun pada dasarnya jasad renik yang dimanfaatkan itu telah ada di alam, namun karena proses land clearing dan pembakaran lahan keberadaan mereka menjadi tidak seimbang lagi. Akibatnya tanah yang baru dibuka menjadi sakit dan “Stress” yang perlu ditangani segera agar segera dapat dimanfaatkan.
Cara biologi/hayati mendasarkan pada prinsip membangun kesetimbangan hubungan mikro ekologis yang seimbang antara kehidupan biologis dan sifat fisik-kimia tanah dimana hadirnya keragaman mikrobia penggerak kesuburan tanah yang saling berinteraksi dan bersimbiosis akan menjadi “mesin” pengatur, pembangun dan meremediasi tanah menjadi kembali normal dan sesuai untuk tumbuh kembang tanaman budidaya. Membangun kesuburan biologis ini adalah cara revolusioner yang baru-baru ini mulai disadari dan menjadi landasan pertanian berkelanjutan dalam menjaga kesuburan tanah yang berkelanjutan dan aman serta ramah lingkungan
Menebar mikroba unggul bermanfaat tersebut ternyata efektif dalam mengembalikan dan meningkatkan kesuburan lahan yang sakit. Terciptanya kesetimbanngan mikrobiologis dari sekumpulan mikroorganisme unggul yang tumbuh hidup bersinergi ini akan meningkatkan pH tanah secara alami, mengatur dan memperbaiki sifat kesuburan fisik tanah menjadi lebih baik antara lain dengan meningkatnya unsure organic tanah yang secara langsung memperbaiki agregasi tanah menjadi lebihkompak, tanah lebih gembur dan meningkat kemampuan menyimpan air dan sirkulasi oksigen yang lebih baik. Teknologi mikroba yang mampu merekayasa tanah bermasalah menjadi tanah produktif untuk pertanian telah tersedia dengan kemampuan memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah dan produksi tanaman mencapai hasil yang maksimal. Teknologi tersebut dikenal dengan teknologi “mikroba google” atau dikenal dengan teknologi Bioperforasi. Pupuk hayati Bio P 2000 Z adalah salah satu produk yang telah direkomendasi untuk swasembada kedelai dalam kesimpulan keputusan rapat komisi V DPR RI.
B. Teknologi Mikroba Google dalam Mendukung Pengembangan Kedelai Transmigrasi
Teknologi mikroba Google Bio Perforasi memiliki keunggulan bekerja secara komprehenship membentuk dan mengkondisikan keseimbangan ekologis alamiah melalui sekumpulan jasa mikro-organisme unggul berguna yang dikondisikan, bersinergi dengan mikroba alami indogenus dan nutrisi; dan dengan menggunakan prinsip “mem-bioperforasi“ secara alami oleh zat inorganik, organik dan biotik pada mahluk hidup (seperti tanaman) sehingga memacu dan/atau mengendalikan pertumbuhan dan produksinya. Ternyata dengan sistem demikian masalah tersumbatnya produksi komoditi pertanian dapat dipecahkan.
Efek sinergi tersebut diwujudkan dalam bentuk : (1) diredamnya faktor penghambat tumbuh kembang tanaman yang dijumpai dalam tanah, (2) adanya produksi senyawa bio-aktif seperti enzim, hormon, senyawa organik, dan energi kinetik yang memacu metabolisme tumbuh kembang akar dan bagian atas tanaman, (3) fotosintesis makin efisien karena jalur reaksi Hill teraktifkan, (4) fixasi nitrogen non-simbiotik dan simbiotik meningkat, (5) pasok dan penyerapan hara oleh akar makin efesien, lancar, dan berimbang, (6) ketahanan internal terhadap hama dan penyakit meningkat, dan (7) produksi dan mutu hasil meningkat.
Melalui jasa mikro-organisme “mikroba google”, faktor pembatas produksi dan kendala tumbuh asal tanah dan lingkungan dapat direndam sehingga tanaman dapat dipacu berproduksi tanpa menggangu hasil rekayasa konstelasi genetik yang telah dimiliki tanaman sebelumnya. Produk teknologi “mikroba google” adalah pupuk hayati Bio P2000Z, pupuk organik PHOSMIT dan NPK organik Plus FERRE SOIL yang sangat dianjurkan untuk mengatasi rendahnya produksi khususnya di tanah masam sesuai kaidah ternyata mampu mendongkrak potensi produksi kedelai.
1. Penyubur Pada Tanah Pertanian di Daerah Transmigrasi.
Penerapan Bio P 2000 Z di daerah-daerah transmigrasi seperti di lahan Gambut, Lebak, Pasang surut yang memiliki pH masam (pH 3 – 4,5) mampu mengubah biokimia tanah dan meningkatkan pH menjadi pH 6,5 tanpa pengapuran. Padahal dengan cara konvensional untuk menetralkan kemasaman tanah dibutuhkan kapur 10 – 17 ton/ha yang tidak hanya mahal dalam bahan tetapi juga berat aplikasinya di lapangan. Tetapi hanya dengan menyemprotkan/menyebarkan mikroba Google tidak hanya murah/hemat dalalam biaya tetapi juga lebih mudah dan praktis dalam opreasionalnya, pH stabil secara alami (berkesinambungan) dan produktivitas tanaman yang meningkat juga langsung dapat dirasakan manfaatnya karena lahan menjadi semakin subur.
2. Peningkatan produktivitas pada Tanaman Kedelai di daerah Transmigrasi.
Penerapan mikroba Google pada Kedelai telah melalui berbagai uji dari penelitian dasar dan pengembangan penelitian serta telah dilakukan percobaan-percobaan yang intensif dan teliti dalam skala ekonomis. Di Balai pelatihan transmigrasi Kalteng pada tahun 1999 aplikasi teknologi ini terbukti menghasilkan produktivitas kedelai rata-rata 3,4 ton/ha yang anggapan sebelumnya adalah hal yang mustahil karena tanahnya didominasi oleh pasir kuarsa yang bersidat asam. Uji coba lanjut yang dilakukan bersama petani di kebun percobaan dihasilkan rata-rata dari uji petak perlakuan diperoleh hasil sebesar 2,5 - 6,5 ton/ha (telah di ekspose Sinar Tani edisi 17 Maret 1999). Di lahan masam gambut, sulfat masam dan berpirit di PLG Kapuas teknologi ini diujicobakan sejak tahun 1998-2000 dan terbukti mampu meningkatkan produksi lebih dari 250% dari rata-rata setempat. Bahkan dalam pemberdayaan transmigran di lahan kritis ber tipe tanah marginal pasir kuarsa (di Palangka Raya dan UPT Sei Gohong) mampu memberikan hasil produksi kedelai dengan kisaran hasil mencapai hasil 3,8 ton/ha jauh lebih tinggi dari hasil cara konvensional cara transmigran setempat hanya mampu 0,4 - 0,6 ton/ha.
BAGAIMANA CARA BUDIDAYA KEDELAI DENGAN TEKNOLOGI BIO PERFORASI (BIO P 2000 Z) ?
Hasil ujocoba pengembangan kedelai seluas 50 ha pada penanaman bulan Juni 2000 di lahan Gambut PLG Kapuas Kalteng dan lahan pasang surut bergambut Masuji-Lampung telah dipanen oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan produksi rata-rata 2,5 ton/ha hingga mencapai 5,1 ton/ha dari penanaman 300 ha. Penanaman kedelai dilakukan pula di Air Kubang Padang, Musi Banyuasin – Palembang pada lahan pasang-surut mampu menghasilkan 4,2 ton/ha sementara bila dibandingkan rata-rata umum produksi konvensional di PLG hanya 0,6 - 0,8 ton/ha. Di Majalengka (2001) 3,2 – 3,8 ton/ha; potensi di hamparan perak Sumut 3,5 – 5 ton/ha dari rata-rata umum setempat 0,8 – 1 ton/ha serta panen di Tanjung Morawa-Deli Serdang (Sumut, 21 juni 2001) berhasil di ubin oleh wakil gubernur mencapai panen dengan hasil 2,58 – 4,16 ton/ha pada varietas kedelai lokal kipas putih. Untuk kedelai edamame basah, potensi yang dihasilkan 8 -11 ton/ha dibanding rata-rata umum petani 4 - 5 ton/ha basah (hasil penerapan di parung-bogor).
Di Jambi (Agustus 2002) di Tanjung Jabung Timur (Eks. Transmigrasi), telah di Panen Gubernur Jambi hasil rata-rata mencapai 3,5 ton/ha (2,6 ton/ha – 4,6 ton/ha) dari kedelai uji coba 100 Ha bahkan teknologi ini telah diterapkan oleh petani diuntuk ternak, ikan dan tanaman lainnya.
Di Musi Rawas (eks daerah transmigrasi) telah dilakukan demfarm bersama LIPI dan Pemda setempat yang dipanen pada tanggal 23 Juli 2004 oleh Dirjen BP.Tan Pangan, Ketua LIPI, Yayasan Adamalik Centre menunjukkan hasil produktivitas yang tinggi yaitu 2,5 ton/ha – 3,3 ton/ha lebih tinggi dari cara biasanya yaitu 0,8 – 1,2 ton/ha. Atas keberhasilan ujicoba ini maka Bupati Musi Rawas mencanangkan penanaman kedelai 1000 ha di daerah tersebut saat ini.
Penerapan teknologi mikroba google Bio P 2000 Z dilakukan juga oleh dirjen bina produksi tanaman pangan Deptan RI dalam program Proksi Mantap dan Bangkit Kedelai sejak tahun 2002 telah dilakukan pengujian teknologi produktivitas ini seperti di BBI Bedali Lawang Malang, Bio P 2000 Z diujicobakan pada varietas kedelai Slamet, Willis, Mahameru dan Anjasmoro, ternyata menunjukkan peningkatan hasil 200 % dari control yaitu rata-rata 3,1 ton/ha. Ujicoba maupun uji komersial lain juga telah dilakukan di daerah-daerah sentra kedelai seperti di banyuwangi Jawa Timur ( 1.300 Ha), di Grobogan Jateng 3.000 Ha, dan daerah transmigrasi di Lombok NTB, Gorontalo, Makassar (Sulsel), Sulawesi Tengah (Luwu, morowali), Maluku Tengah, Nabire dan Merauke (Papua) yang telah mencapai puluhan ribu hektar semuanya menunjukkan pelipat gandaan hasil yang significan.
Teknologi mikroba google Bio Perforasi berpotensi untuk peningkatan produksi kedelai mencapai 5 - 6 ton/ha namun dalam skala terbatas (skala laboratorium lapangan) bahkan dalam konsisi yang ideal Teknologi mikroba google dapat mengeksitasi pertumbuhan dan produksi kedelai tumbuh tinggi mencapai 280 – 320 centimeter (seperti pohon) dengan lebat polong 1800 – 2300 polong/tanaman; pada tahun 2003 berhasil dikembangkan kembali pada kedelai lokal sehingga mencapai ketinggian tanaman 4,5 meter dan kedelai edamame 2,40 meter dengan buah yang cukup lebat (dokumentasi terlampir). Sedangkan penanaman kedelai dengan cara konvensional (menggunakan cara aplikasi bakteri Rhizobium) di lokasi yang sama kedelai tumbuh hanya mencapai tinggi= 6,5 cm dan polong= 20–75 polong /tanaman, dan untuk kedelai edamame hanya setinggi 40 – 55 cm dengan buah kurang dari 50 polong per tanaman. Bukti-bukti keberhasilan penerapan skala ekonomi teknologi mikroba google dan kronologis terlampir.
LAMPIRAN BUKTI LEGITIMASI FORMAL TEKNOLOGI MIKROBA GOOGLE (BIOPERFORASI)
Pengujian pada skala ekonomi yang layak di areal pengembangan sebagai legitimasi keterujian hasil produktivitas tanaman pangan yang diperlakukan dengan penerapan teknologi Bio P 2000 Z di beberapa daerah pengembangan pangan potensial dan bertipe lahan marginal di Indonesia:
a. Tulang Bawang Lampung tanggal 31 - 08 - 00 kerjasama dengan Depnaker & Transmigrasi diPanen oleh MENAKERTRANS Bp.Alhilal Hamdi & Gubernur Lampung Bp. Oemarsono pada Kedelai dengan hasil produksi 2,5 – 5,2 t/ha.
b. Kalimantan Tengah tanggal 16 - 09 - 00 kerjasama dengan Departemen Tranmigrasi. pada Kedelai hasil 2,1 – 3,92 t/h.
c. Sumatera Utara tangal 21- 06 - 01 oleh PT. Pembangunan Graha Lestari, diPanen oleh Wakil Gubernur Sumatera Utara dan Kepala Dinas Tingkat I Sumut pada Kedelai, hasil 4,16 t/h
d. Kec. Kali Jati Subang tanggal 03 - 02 Kerjasama dengan Bp. Supriadi ( TNI AU ) pada Jagung 8,4 – 12 t/ha dan Padi dengan hasil 8 - 12 t/ha.
e. Kab. Tanjung Jabung Timur, tanggal 22 - 08 - 02 oleh Pemerintah Daerah Propinsi Jambi diPanen oleh Gubernur Jambi Bp.Zulkifli Nurdin, Ketua BAPPEDA dan Kepala Dinas Pertanian Tk. I Prop. Jambi pada Kedelai dengan hasil 2,6 – 4,6 t/h.
f. Kec. Klari, Karawang tanggal 13 - 10 - 03 Program Kemitraan Petani & Swasta didukung oleh Deperindag diPanen oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan Ibu Rini Suwandi pada Kedelai dengan hasil 3,6 t/h.
g. Kab. Banyuwangi tanggal 14 - 01- 02, Program Kemitraan LPM Unv.Jember, PT. ASI dan PT. Alami diPanen oleh Dirjen Tanaman Pangan, Direktur Kabi,Direktur Perbenihan, Dir.Perluasan Areal, KaDistan Jatim, Kedelai dengan hasil 3,2 – 4,0 t/ha.
h. BBI Bedali Lawang, Malang tanggal 24 - 02 - 04 Deptan. Prop. Jawa Timur dipanen oleh Direktur Kabi Bp. Manurung & Kepala Dinas Tk I Jatim. Kedelai dengan hasil 2,5 – 2,8 t/ha
i. Sukamandi Kab. Subang tanggal 06 - 09 - 04 Kerjasama dgn Petani SHS, Padi dengan hasil 5,6 – 8 1 t/ha
j. Kec. Weru Kab. Sukoharjo tanggal 26 - 01- 05 oleh Deptan. Sukoharjo dipanen oleh Dirjen Tanaman Pangan Bp.Jafar Hafsah & WaBup Sukoharjo pada Kedelai dengan hasil 2,45 – 3,82 t/ha.
k. Cileungsi Kab. Bogor tanggal02 - 05 Demplot Kebun Jagung dengan hasil 9,5 – 12 t/ha.
l. Sadatani Serang Banten tanggal 27 – 07 - 06 Kemitraan dan Percontohan 60 Ha Padi Hibrida dengan hasil 7 – 10,5 t/ha.
m. Ogan Ilir, Sumsel tanggal 06 – 11 - 06 oleh Depnakertrans perdana kedelai dan Padi di KTM Trans di UPT Parit dipanen oleh Menakertrans, Gub. Sumsel, Bupati OI dan Para Dirjen Trans. dalam pencanangan KTM Trans Kedelai dengan hasil 3,2 t/ha dan padi dengan hasil 7,9 t/ha.
n. Sipahutar Taput, tanggal 10 – 11 - 06 Percontohan Coorporate Farm Estate di GH Simarhompa, Sipahutar Jagung dengan hasil 8 - 11 t/ha, Nanas dengan hasil 50 - 75 t/ha.
o. Toba Samosir Sumatera Utara tanggal 3 – 03 - 2008 Kemiteraan Bioteknologi DEL Petani dan Pemda Tobasa Jagung (37 ha) Padi hibrida, dengan hasil 10 -12,4 t/ha.
p. Morowali Sulawesi Tengah tanggal 27 – 04 - 2008 Kemiteraan CSR PT. Bintangdelapan Mineral dengan Petani pada Kedelai dengan hasil 2,7 – 3,4 t/ha.
1. Dharmasraya Sumatera Barat, tanggal 9 – 12 - 2008 Kemiteraan CSR PT Semen Padang dengan Pemkab dan Petani Bukit Mindawa dipanen: oleh Presiden RI. Susilo Bambang Yudoyono (SBY) pada Padi dengan hasil 7 - 9 t/ha.
q. Serang banten tanggal 3 Maret 2009. Kemitraan Produksi perbenihan dengan BPSB Serang banten dipanen oleh Kadistan Provinsi banten dan Ka.BPSB pada padi unggul Nasional (IR64, Ciherang) dengan hasil 8 - 16 ton/ha.
r. Green House P4B Cianjur 20 ha hortikultura, tanggal 9 Januari 2009. Edamame dan Industri Sayur Segar hidroponik, aeroponik dan organic untuk ekspor dan supermarket di Jakarta, launching kemitraan pemberdayaan UKMK, dipanen dan dikunjungi oleh Menegkop dan UKM .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar